Saturday, April 10, 2010

ILMU YANG BERMANFAAT

Ilmu yang bermanfaat secara mutlak di dunia dan akhirat adalah ilmu syar’i. ilmu yang ahlinya dipuji oleh Allah dan Rasul shollallahu ‘alaihi wa sallama, ilmu ini adalah seperti yang diungkapkan oleh Imam Asy-Syatiby di dalam kitab Al Muwafaqot, “Ilmu yang mu’tabar menurut syara’ adalah ilmu yang mendorong pemiliknya untuk beramal, yang tidak membiarkan pemiliknya berlari mengikuti hawa nafsunya bagaimanapun ia, bahkan ia mengikat pengikutnya dengan muqtadhonya, yang membawa pemiliknya mematuhi aturan-aturannya suka atau tidak suka”.

Di dalam mukadimah ke tujuh dari kitabnya tersebut ia menegaskan, “Sesungguhnya setiap ilmu yang tidak membuat pemiliknya beramal maka di dalam syara’ tidak ada dalil dalam syara’ yang menganggapnya baik”.

Oleh karena itu ulama sejati adalah yang mengamalkan ilmunya dan tampak pada dirinya sifat takut kepada Allah Ta’ala.

{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء}

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Fathir : 28)

Ilmu tidak akan bermanfaat tanpa disertai pengamalan. Allah Ta’ala berfirman menegur orang-orang yang tidak mengerjakan apa yang ia katakan atau ajarkan,

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ}

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.(Ash Shof : 2-3)

Allah Ta’ala juga mengingkari perbuatan orang-orang Ahli Kitab yang tidak mengamalkan kebaikan yang mereka perintahkan kepada manusia,

{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ}

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”. (Al Baqoroh : 44)

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Usamah bin Zaid rodhiyallahu ‘anhu ia berkata,

“يؤتى بالرجل يوم القيامة فيلقى فى النار فتنتدلق اقتاب بطنه فيدور بها كما يدور الحمار فى الرحى، فيجتمع إليه أهل النار، فيقولون: يافلان، مالك؟ ألم تكن تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر؟ فيقول بلى، كنت أمر بالمعروف ولا آتيه وأنهى عن المنكر وأتيه”

“Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Di hari kiamat didatangkan seseorang lalu dicampakkan ke dalam neraka maka terburailah usus-ususnya, dia berputar-putar dengan ususnya seperti seekor keledai berputar-putar pada ikatannya. Maka penghuni neraka mengerumuninya, mereka berkata, ‘Hai fulan, ada apa denganmu? Bukankah dulu engkau mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran?’ ia menjawab, ‘Benar, aku mengajak kepada kebaikan tetapi aku tidak mengerjakan dan aku melarang dari kemungkaran tetapi aku melakukannya”. (HR. Bukhari : 6/238 dan Muslim : 2989)

Oleh karena itu Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama berdo’a kepada Allah memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat,

“اللهم أنى أعوذ بك من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع، ومن نفس لا تشبع ، ومن دعاء لا يسمع”

‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak puas, dan dari do’a yang tidak didengar”. (HR. Muslim : 1295, At-Tirmidzi dan An Nasai (8/263) dari hadits Zaid bin Arqom)

Sahabat Abu Darda’ rodhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang aku takuti di hari kiamat adalah ketika dikatakan kepadaku, ‘Apakah engkau mengetahui atau tidak? Aku menjawab, ‘Aku mengetahui’. Maka tidak ada satupun ayat dari Kitabullah yang memerintahkan atau melarang melainkan mendatangiku menanyakan perintah dan larangannya. Ayat yang memerintahkan bertanya apakah engkau kerjakan? Dan ayat yang melarang bertanya apakah engkau tinggalkan? Maka Aku berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak puas, dan dari do’a yang tidak didengar”. (diriwayatkan oleh Al Baihaqy, Ad Darimy dan Ibnu Abdil Barr dari beberapa jalan dari Abu Darda’).

Ya Allah .. berapa banyak orang yang mengingatkan manusia kepada Allah sementara dia sendiri lupa kepadaNya. Berapa banyak orang yang menakut-nakuti manusia dengan Allah ternyata dia lancing dan berani menentang Allah. Berapa banyak orang yang mengajak manusia mendekatkan diri kepada Allah, dia malah jauh dari Allah. Berapa banyak orang yang menyeru mengajak manusia kepada Allah sedangkan dia sendiri malah lari dari Allah dan berapa banyak orang yang membaca Kitabullah lalu dia melepaskan dirinya dari ayat-ayat Allah …

Sungguh, jika ilmu tidak memotivasi pemiliknya untuk menjalankan ibadah kepada Allah Jalla wa ‘Ala maka tidak ada nilainya. Jika ilmu tidak membuat pemiliknya dekat kepada Allah tidak ada gunanya. Dan jika ilmu tidak mewariskan kepada pemiiknya al khosy-yah (takut) kepada Allah tidak ada kebaikan padanya.

Jadi ilmu yang mu’tabar secara syar’I itu adalah ilmu yang mendorong pemiliknya untuk beramal dengan segala perkara yang dapat mendekatkan dia kepada Allah ‘Azza wa Jalla, menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, berhenti dibatasan yang ditetapkan Allah.

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat serta menjauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat .. amin.
Thursday, April 08th, 2010 | Author: Ustadz Abu Zubair (http://abuzubair.net)

Friday, April 9, 2010

Wasiat Nabi Yahya bin Zakariya


Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan Yahya bin Zakariya ‘Alaihis Salam dengan lima kalimat, agar ia mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil agar mengamalkannya. Namun beliau seolah lambat untuk menyampaikannya. Maka Nabi Isa ‘Alaihis Salam berkata, ” Sesungguhnya Allah memerintahkannmu dengan lima kalimat agar engkau amalkan dan menyuruh Bani Israil agar mengamalkannya. Engkau yang menyuruh mereka atau aku yang akan menyuruh mereka?” Nabi Yahya ‘Alaihis Salam berkata, ” Aku takut bila engkau mendahuluiku menyampikannya aku akan ditenggelamkan ke dasar bumi atau aku akan diadzab.” Maka Nabi Yahya ‘Alaihis Salam mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis, sehingga penuhlah masjid.

Mereka duduk di atas tempat yang tinggi. Nabi Yahya ‘Alaihis Salam berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan aku dengan lima kalimat dan menyuruhku agar mengamalkannya dan aku menyuruh kalian agar mengamalkannya.

Pertama, agar kalian menyembah Allah Azza Wa Jalla semata, dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berbuat syirik adalah seperti seorang lelaki yang membeli seorang budak dari harta pribadinya berupa emas dan perak. Ia berkata kepada budaknya, “Ini adalah rumahku, dan ini adalah pekerjaanku, bekerjalah dan tunaikanlah pekerjaan untukku.” Namun budak itu bekerja dan menunaikan pekerjaannya untuk selain tuannya. Siapakah di antara kamu yang rela budaknya seperti itu?

Kedua, sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memerintahkan kamu untuk menunaikan shalat, apabila engkau mengerjakan shalat janganlah berpaling. Karena Alla Azza Wa Jalla menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya ketika ia mengerjakan shalat selama ia tidak berpaling.

Ketiga, aku memerintahkan kalian agar mengerjakan puasa. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berpuasa adalah seperti seorang lelaki yang berada di tengah satu kelompok sedang ia membawa sekantung minyak wangi. Mereka semua takjub atau terkesan dengan aroma minyak wanginya. Sesungguhnya aroma orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Azza Wa Jalla daripada aroma minyak kasturi.

Keempat, aku menyuruh kalian agar bersedekah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang bersedekah adalaha seperti seorang lelaki yang ditawan musuh, mereka mengikat kedua tangannya ke leher. Lalu membawanya untuk dipenggal di lehernya. Ia berkata, “Aku akan menebus diriku dengan harta apapun, sedikit maupun banyak.” Lalu iapun menebus dirinya dari mereka.

Kelima, aku menyuruh kalian agar berdzikir mengingat Allah Azza Wa Jalla. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berdzikir adalah seperti seorang lelaki yang dikejar-kejar oleh musuh. Hingga ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya dari kejaran musuh. Demikianlah seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya dari syetan kecuali dengan dzikrullah Ta’ala.

Maraji : Buku Terjemah Syarah Washiyatun Nabiyullah Yahya bin Zakariya karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah penerbit Pustaka At-Tibyan Solo

Wednesday, April 7, 2010

Wudhu


"Tidaklah seorang diantara kalian mendekati air wudhunya, lalu dia berkumur, dan membuangnya, lalu dia memasukkan air kedalam hidung, dan membuangnya, kecuali dosa-dosa wajahnya, mulutnya dan rongga hidungnya akan dihilangkan. Kemudian jika dia membasuh mukanya sesuai dengan yang diperintahkan Allah, maka berjatuhanlah dosa wajahnya dari ujung jenggotnya beserta air, kenudian ketika dia membasuh kedua tangannya sampai ke siku, maka berjatuhanlah dosa kedua tangannya dari ujung jarinya beserta air. Kemudian ketika dia mengusap kepalanya sebagaimana yang diperintagkan oleh Allah, maka berjatuhanlah dosa kepalanya dari ujung rambutnya besrta air.
Kemudian jika dia mencuci kedua kakinya sampai kedua mata kaki sesuai yang diperintahkan Allah, maka berjatuhanlah dosa kedua kaki dari ujung jarinya beserta air. Jika dia berdiri untuk melakukan shalat, lalu memuji-Nya dan mengagungkan-Nya sesuai dengan kemuliaan-Nya yang memang Allah adalah dzat yang berhak dipuji, dan mengosongkan hatinya hanya untuk Allah, maka dia akan keluar dari semua kesalahannya seperti keadaannya saat baru dilahirkan oleh ibunya. (HR. Muslim)